Sekilas Cerita Prabu Aji Putih Raja Tembong Agung
Di ceritakan
ada seorang resi keturunan Galuh datang dan bermukim di pinggiran cimanuk,
daerah Cipaku, Kecamatan Darmaraja ada yang menyebutkan juga daerah Citembong
Girang Kecamatan Ganeas Sumedang kemudia pindah ke kampong Muhara Dewi Leuwi
Hideung Kecamatan Darmaraja. Konon Kabar resi itu bernama Prabu Guru Aji Putih
yang merupakan putra Ratu Komara keturunan Wretikandayun (Galuh).
Pada saat bulan
14 muharam, Adji Putih mendirikan kerajaan Tembong Agung di kampong Muhara Leuwihideug. Dengan bangunan
yang masih terbuat dari kayu, gaya atap julang ngapak menghadap ke alun-alun
maya datar tempat kegiatan kenegaraan dan latihan prajurit. Halaman keraton
dikelilingi pagar kayu, di samping keraton
terdapat rumah besar yaitu tempat musyawarah para pembesar kerajaan, di
sebelahnya terdapat tempat tinggal keluarga raja.
Prabu Adji
Putih menikah dengan Ratu Inten Dewi Nawang Wulan yang saat itu tersohor dengan
kecantikanya dan kelihayanya dalam benyanyi (Nembang), dengan lamaranya yang
membawa berupa lima lembar sirih hitam dan tusuk konde yang merupakan Putri
Jagat Jayanaka, keponakan Purbasora atau cucunya Resi Demunawan dari permesuri
Saribonon Kencana. Buah perkawinan Adji Puti dengan Dewi Nawang Wulan
Melahirkan Bratakusumah, Sokawayana, Harisdarma dan Langlangbuana.
Pada suatu
hari, Prabu Adji Putih memimpikan kedatangan seorang kiai yang berparas tampan,
berbadan tinggi dan berkulit kuning menyampaikan petunjuk bahwa Negara akan
terhindar bencana peperangan dan rakyat selamat dari bencana penyakit demam
berdarah apabila mendapatkan bintang kerti. Petunjuk itulah yang membuat Adji
Putuih risau, karena belum tahu bagaimana mengambilnya. Pikirnya bintang diatas
langit tidak bisa diambil, oleh karena itu ia segera menyepi meminta petunjuk
gaib.
Pada saat nyepi
, Resi yang pernah hadir dimimpinya muncul kembali dan berbicara sama dengan
pada mimipi, Adji Putih makin bingung lalu ia memohon petunjuk pada resi
tegasnya.”Mimpi adalah suatu tanda-tanda, seandainya mimpi itu diyakini
prasangka-prasangka akan menjadi kenyataan”. Ia pun mulai ingat amanat
leluhurnya “Suatu saat jalan kearifan membujur dari pintu mekah sampai ke pulau
hitam, manusia berbondong-bondong mencari kearifan tetapi mereka tidak tahu apa
yang disebut arif”, teringat pula pada cerita kakenya, “Agama terakhir
diturunkan di Negeri Mekah”. Timbulah niat untuk meyakinkan.
Tak lama
kemudian Prabua Adji Putih mengundang bawahannya untuk penyerahan kekuasanya
pada Bratakusumah, karena akan meninggalkan keraton. Setelah mendapat restu
dari istrinya, Prabu Adji Putih menuju darat Teluk Persi, Penyebranganya juga
pake ilmu kesaktian yaitu ilmu Rasjleg (Khowat), ketika pikiran tertuju pada
tempat itu, sampailah di tempat itu, di Teluk Persi betemu dengan ulama besar
yaitu Stekh Ali. Pertemuan itu kerap kali dilakukan kemudian Adji Putih
diterima jadi muridnya, dengan syarat membaca sahadat. Setelah menjadi murid
Adji Putih Ibadah Haji dengan gelar Haji Purwa Darmaraja yaitu gelar haji
pertama dibumi Darmaraja.
Saat perjalanan
pulang ia mendirikan Masjid perintah gurunya dan tempat wudhu di berbagai
tempat. Sepulanya dimekah ia melaksanakan perintah gurunya, ia membangun masjid
disekitar gunung Lingga tetapi gagal karena ia bekerja sendirian dan
mendapatkan penolakan dari penduduk setempat karena belum tahu apa yang di
maksud masjid atat masigit, Adji Putih memberi nama gunung itu Masigit.
Walaupun
begitu, Adji Putih tidak tersinggung, karena ia menyadari bahwa mengubah
keyakinan agama tidak mudah. Kemudian ia membuat tempat-tempat wudlu di tujuh
titik sumber mata air yaitu Cikajaya, Cikahuripan, Cisundajaya dan Cilemahtama.
Setelah itu ia
melanjutkan perjuangan ayahnya Resi Agung di Padepokan Cipeueut. Sejak itulah
Cipeueut digantikan menjadi Cipaku, saat di padepokan banyak sekali ingin
menjadi muridnya, dan ia juag memperkenalkan prinsip-prinsip islam yang di
sebut Sanghyang Widi adalah Tuhan Pencipta Alam disebut Gusti Alloh. Ia juga
mengajarkan dan menjelaskan tatacara menunaykan ibadah haji tetapi ia
mengajarkan bahwa kalua tetangga kalian masih ada yang sengsara, sementara
cukup mewakilkan padaku, seandainya belum menyediakan biaya perjalanan, kalian
cukup menjadi haji batinnya saja, dan timbulah penafsiran bahwa orang cipaku
tidak boleh naik haji karena pada saat itu penafsiran mereka terbatas.
Adji Putih pula
menjelaskan tentang makna syahadat adalah ikrar janji, untuk mempertebal
keyakinan murid-muridnya terhadap tumpah darahnya, dicptakan sastra ritual di
sebut syahadat cipaku bunyinya “Sang kuncung batara wenang, sari sanika ku
Alloh langit ngait jagat rapak, terima badan kaulah sirna Adam, Hu Alloh, Hu
Alloh, Hu Alloh, Hu Alloh, Lailahailaloh ,muhamadarrosululloh. Maknanya :
sesuatu yang menyerupai benda lanci menjulur ke langit maha kuasa allih langit
seperti dikatikan sesuatu, bumu terhampar luas, terimalah diriku ya alloh,
setelah Adam lenyap dari muka bumi. Atas kebesaran alloh, tiada tuhan selain
alloh.
Prabu Aji Putih
dimakamkan di daerah Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja,
Kabupaten Sumedang, yang sekarang merupakan tempat bersejarah yang tersohor.
Refrensi
Sekilas Cerita Prabu Aji Putih Raja Tembong Agung
Reviewed by Cepi Yahya
on
March 26, 2017
Rating:
Post a Comment